Jika Terjadi Krisis Berkepanjangan, Papua Akan Semakin Benci Jawa

Diakui atau tidak, Papua memiliki tambang yang melimpah namun penduduknya kurang sejahtera. Wajar jika mereka melawan dan menyesal bergabung dengan NKRI. Setelah tambang di Papua di keruk selama puluhan tahun dan hasilnya lebih banyak dinikmati oleh orang Jawa dalam berbagai bentuk subsidi dan bansos - lalu apa yang tersisa untuk generasi Papua di masa mendatang. Jika terjadi gejolak politik dan krisis ekonomi , tentu mereka juga turut menderita akibat inflasi harga pangan yang meroket dan turut menanggung utang negara yang menggunung yang pada akhirnya akan membebani ekonomi hingga puluhan tahun kedepan.


Perbedaan budaya dan agama antara orang Papua dengan Jawa akan semakin memperburuk keadaan, apalagi Indonesia semakin terlihat intoleran terhadap agama minoritas. Orang Papua tentu menginginkan yang terbaik untuk generasinya di masa mendatang bukan janji - janji politik lima tahunan yang capresnya selalu / mayoritas berasal dari jawa. Kalau Jawa saja tidak maju, amburadul, tingkat pengangguran tinggi, kualitas SDM rendah - bahkan lebih buruk dari negara - negara kristen di Afrika - apa yang bisa diharapkan papua dari Jawa ? Propaganda ramalan Ratu adil / Satrio Piningit seolah justru menegaskan mental buruk yang mengandalkan keberuntungan nasib. Karakter sebuah suku / bangsa itu dibangun selama ratusan / ribuan tahun yang hampir tidak mungkin bisa berubah dalam waktu singkat. Jikapun bisa, seberapa besar penderitaan yang diperlukan untuk mengubahnya - dari korup / gila jabatan menjadi baik dan bijak seperti biksu dan pastor. Jika pada akhirnya Papua melawan Jawa, apakah etnies lain seperti Sumatra akan diam saja ? Bagaimana nasib NKRI kedepannya - mampukah melewati 2030 ?

Share: